FAM Indonesia ( Forum Aktif Menulis Indonesia )

FAM Indonesia ( Forum Aktif Menulis Indonesia )
Langkah Menjadi Penulis Profesional.

Rabu, 22 Mei 2013

Puisi Karya Apriansyah


Sepenggal Rindu

Di bangku ini,
Kadangkala kenangan ikut terduduki.
Sewaktu luapan kerinduan nyaris seperti kebun tak berhalaman
Lalu membentuk sungai yang pernah mengalirkan arus perasaan.
Tajam hujan yang jatuh hingga selokan
Aku memilih menetek rindu di kamar berjam-jam
Memutar waktu yang tak kuasa mempercakapkan sesiapa saja
selain tentang rentang ingatan, karam rembulan serta yang bergembira di peluk subuh;
lalu berebut mencium telapak kakimu.

Telapak kaki yang aku sebut surga:
Sejujurnya, aku sering berharap dapat kembali ke masa paling kanak-kanak
Sebab aku dapat menyusur di dadamu; ketika percintaan sengaja mematahkan lengan hatiku.

Maka, bangku-bangku tempatku mengenyam senyum air matamu
Seperti jendela yang membuka dan terkatup sendiri
Lalu tiap waktu kuseduh rindu; meski kutahu tak akan selezat putting susumu, ibu.


Sebelum

Sebelum sepertiga yang tua jatuh di bantal mimpimu
Aku ingin menjadi lagu nina bobo di telingamu,
pelan-pelan aku seperti nada-nada, keluar masuk membisikkan sesuatu
;jangan takut sama mimpi buruk, sayang.
Setiap malam, tanpa sepengetahuanmu
Aku mengintip mesin waktu. Sambil terus membayangkan seseorang yang bersanding di tubuh engkau adalah aku. Biarpun barangkali agak samar-samar; karena mataku kadang tak sanggup menatap bibir takdirmu. Sebab, sudah berkali-kali aku melirik kitab kejadian; engkau diciptakan dari rusuk kesepian; bukan sesuatu yang digambar punggung keinginan.
Kereta malam telah melaju;
Tetap di sepertiga yang hampir abu-abu; kusebut-sebut namamu di efitaf  ingatanku
Ranting-ranting jatuh, lalu dihitung daun-daun mataku
Tak ada air mata yang akan jatuh kali ini, sayang.
Karena kita tahu bahwa pohon kehidupan   telah menuliskan; bahagiamu-bahagiaku, airmatamu-airmataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar