Aku, Sepi,dan Rindu
Ini aku yang menadah langit dengan kedua
tanganku
yang terbelenggu bisu,
dan
inilah kenyataan menerjemahkan sosok
kekerdilan hadirku,
di pelupuk langit dan kisi-kisi rotasi waktu.
Serentang masa yang menggulirkan ada akan ketika,
di hadapku dan menguasai dudukku.
Pengembaraan imajiner menembus palung rasa,
yang memerahkan mataku.
Dan akulah penyendiri busuk yang dikutuk
jaman sejak lahir
dan menatap tanpa nyata,
berlarian
mengeja langkah,
menghela
setiap nafas ketidak akuanku akan makna ada.
Hanya setiap denting yang lalu lalang
menerobos beranda telingaku,
meyakinkan
sebait rindu akan selaksa rasa mengindahkan senja,
tempat
dimana aku bertelekan nipah menunggu malam,
menyerta ketiadaan tatap hingga aku merasa sama.
Puncak Sepi
Negri Angin, 2011
Keajaiban
Cinta Sang Penyair
Temaram ini begitu lindap untukku sesapi
sendirian tanpamu, adikku
kemana langkahmu hendakku seru
bukan terburu hendak menjumpamu
takut tak berawal dari jejak yang teriris
sepi
jauh padang ini ku jelajahi setengah usia
rengkuhanku hanya bayang tak berpendar
hanya gema tanpa suara…
aku ingin menyepi denganmu di balik malam
menerjemahkan bintang-bintang dan putaran
waktu
menyesaki pekat dengan warna-warna yang biru
seperti maumu langit harus tetap seperti itu
kobahnya seperti payung bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar